Kamis, 22 Oktober 2015

Menikah lah di saat kau siap bukan hanya disaat kau ingin

selalu ada 2 kata yang selalu beriringan ,yaitu keinginan dan kebutuhan.2 kata yang memiliki makna yang tipis.sampai-sampai aku terkadang tak mampu untuk bisa membedakan 2 makna itu dalam kehidupanku.termasuk dalam hal pernikahan.
mungkin saat ini sedang gencar dan maraknya istilah “menikah muda”,hal ini mungkin sangat baik ,karena bisa menghindari dari segala perbuatan zina.namun akan menjadi  lebih baik lagi  jika dilakukan dengan pemahaman secara utuh tentang bagaimana islam meletakkan sebuah pernikahan dari keberagamaan seseorang/pemahaman tentang tujuan pernikahan itu sendiri.mungkin inilah yang terus menjadi renungan untuk diri saya pribadi,apakah  ini menjadi salah satu alasan saya mengapa saya belum menikah saat ini?ataukah saya memiliki alasan lain?mungkin hatiku saat ini sedang tidak mampu tuk menjawabnya.
Berlepas dari sebuah alasan itu,mungkin akupun merenungi diriku sendiri,tentang 2 hal itu,antara keinginan dan kebutuhan,rasa trauma dari sebuah proses kegagalan menuju pernikahan yang ku alami berkali kali seakan memutus 2 hal itu dari kehidupanku.memang rasa traumaku itu membuatku sulit tuk kembali bangkit,namun saat inipun aku terus berusaha tuk menyembuhkannya dari diriku.
Namun,ku sadari betapa banyak hikmah yang kudapati dari setiap  takdir  yang telah kulalui.Allah ingin aku meluruskan kembali niatku dalam menikah,Allah sedang mengajariku bahwa satu satunya yang bisa kupercayai hanyalah Allah,Allah ingin memberitahu Janji lelaki yang bisa di pegang hanya ada pada saat ia mengucapkan ijab qabul(ini sebenar-benarnya bukti cinta) dan yang pasti Allah ingin aku mempersiapkan diriku dengan kesiapan yang lebih matang.
Akhir-akhir ini selalu ada yang mendatangiku hanya untuk berbagi cerita,cerita tentang rumah tangga mereka,entah...akupun tak mengerti mengapa mereka tergerak bercerita kepadaku.dan mengapa harus aku?entah apa yang Allah ingin ajarkan kembali padaku.kisah-kisah  mereka menamparku kembali,
kisah seorang ibu  yang diceraikan oleh suaminya saat ia jatuh sakit tak berdaya,dengan alasan suaminya melihat  wanita ini sudah tidak bisa berperan sempurna tuk menjadi seorang istri dan seorang ibu,
kisah seorang ibu yang di selingkuhi berkali kali oleh suaminya,dan kisah seorang wanita yang ditinggal dan di ceraikan oleh suaminya karena kemandulannya.
aku banyak belajar dari kisah-kisah mereka.kita tak bisa menyalahkan garis takdir hidup kita.namun kita bisa belajar dari itu semua dan yg terpenting  yg kita lakukan adalah bagaimana kita mampu menyikapi garis takdir kita itu dengan sikap yang sebaiknya kita lakukan.kita tak bisa memaksa orang lain untuk selalu bersikap baik kepada kita,namun kita bisa mengubah diri kita tuk bersikap lebih baik kepada orang lain.
aku belajar banyak saat itu,bahwa yang harus kupersiapkan adalah ilmu serta menyiapkan mental dan hati yang kuat dan keimanan yang kokoh.materi bukanlah hal yang paling urgent,karena ketika kita sudah menyiapkan keimanan,iman kita sudah meyakini bahwa kita sudah memiliki jatah rezeki yang telah Allah Atur untuk kita.terkait poin ini tak ada yg perlu dikhawatirkan,ikhtiyarkan maka Allah akan beri.
Tahukah wahai diriku...Kedatangan mereka memberikan pesan untukku,bahwa aku adalah sosok yang  amat berarti,terlalu berarti jika ku harus hancurkan diriku sendiri dengan berlama-lama dalam keterpurukan disebabkan kegagalan-kegagalan yang pernah aku rasakan.
Ya...
Diri kita terlalu berharga tuk kita hancurkan sendiri...
Lihatlah di sekeliling kita betapa banyak orang yang masih membutuhkan kehadiran dan uluran2 kekuatan dari tangan-tangan kita.
Tegarlah...
Teguhlah...
Bahwa bersama Allah merupakan kekuatan yang tak mungkin ada yang dapat menandingi...karena Allah selalu membuat para wanita itu kuat dengan ujianNya.sikap perasa dan sikap lembutnya yang mudah sekali tersentuh sesungguhnya bukanlah menggambarkan kita kaum yang lemah,namun itu adalah sebuah rangkaian kekuatan dan kemuliaan.
dan kini aku baru memahami bahwa menikah tidak  bisa dilakukan hanya karena keinginan ataupun menghalalkan hubungan yang sebelumnya haram,,namun harus terjadi upaya mempertemukan banyak kepentingan.kepentingan fitrah kemanusiaan,kepentingan fiqih/hukum islam dan kepentingan dakwah.
sebelum menikah pahami  posisi,peran,dan tanggung jawab dalam berumah tangga.ingatlah rumah tangga yang akan dibangun adalah rumah tangga yang mengemban misi dakwah islam.membangun sebuah peradaban besar.karena misi pernikahan kita adalah sebuah misi yang sakral dan suci.
Begitu guruku mengajarkan...
Apa yang kutulis ini adalah sebuah nasihat tuk diriku ini dan sekedar berbagi untukmu...


Teruntukmu Adik-adik Hijrahku
Depok,tangerang dan bogor

2 komentar:

  1. Aku ingin bukan berarti aku siap

    keep writing kak leni!!! :D

    BalasHapus
  2. Semoga dapat yg terbaik ukhti, psangan dunia akhirat,. Lanjuut mbak

    BalasHapus